Sungai Laa, yang mengalir dari wilayah Kecamatan Moriatas dan Mori Utara, serta bermuara di Desa Bungintimbe dan Desa Towara, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, mengalami perubahan mencolok dalam kualitas airnya. Sungai yang sebelumnya jernih kini berubah menjadi keruh dengan warna kemerahan, diduga akibat dampak aktivitas tambang nikel yang intensif di sekitarnya.
Kepala Desa Tompira, Sufran Tanadi, mengungkapkan keprihatinannya terkait perubahan kondisi Sungai Laa. Sufran menuturkan bahwa Sungai Laa merupakan salah satu sumber air yang penting bagi masyarakat setempat karena kerap digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Hilirisasi Nikel Diduga Rusak Sungai, Bagaimana Dampaknya?
Tambang Nikel Berdampak Pada Kondisi Sungai
Menurut Sufran, kondisi air yang semakin keruh dan kemerahan bisa mengakibatkan beberapa masalah serius, seperti pendangkalan sungai dan pembentukan delta baru akibat endapan lumpur merah. Hal ini dapat berdampak pada ekosistem sungai dan mata pencaharian warga yang bergantung pada hasil tangkapan di sungai tersebut.
Lebih lanjut, Sufran meminta pihak berwenang, khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali Utara, untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap aktivitas penambangan ore nikel yang beroperasi di wilayah hulu Sungai Laa. Ia menegaskan perlunya tindakan segera untuk menilai dampak lingkungan dari aktivitas penambangan ini dan untuk melindungi keberlangsungan ekosistem serta mata pencaharian masyarakat.
Tidak hanya merusak kualitas air, dampak aktivitas tambang nikel di Sungai Laa juga berpotensi mengancam keberlangsungan hidup berbagai spesies ikan yang ada. Sebagian warga yang menggantungkan hidupnya dari mencari kerang di Sungai Laa juga terancam kehilangan mata pencahariannya akibat kondisi ini.
Baca Juga: Aktivitas Pertambangan Vs Hilirisasi, Apa Bedanya?
Warga Dan Pemdes Desak Pemerintah Untuk Segera Tindak Aktivitas Tambang Nikel
Sungai Laa telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari warga setempat. Airnya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai sumber kehidupan bagi komunitas yang menggantungkan hidup pada hasil tangkapan kerang dan ikan. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya tindakan korektif, dampaknya bisa meluas dan lebih parah, mengancam ekosistem serta ekonomi lokal.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali Utara diharapkan untuk merespons dengan cepat dan memastikan bahwa langkah-langkah pemulihan diambil untuk mengatasi pencemaran serta mencegah dampak lebih lanjut dari aktivitas tambang nikel yang tidak terkendali. Keberhasilan dalam menanggapi masalah ini akan menjadi indikator penting dari komitmen pemerintah daerah dalam melindungi lingkungan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Sumber: metrosulteng.com